Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Februari 2012

Panduan Melakukan Kegiatan di Alam Bebas



Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi, dan belajar mengenai alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana olahraga (sport), kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research), pelatihan (training), atau sekedar bersantai (refreshing) menikmati keindahan alam. Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (hiking), panjat tebing (rock climbing), penelusuran goa (caving), arung jeram (rafting), menyelam (diving) selancar (surfing), atau praktek/praktikum lapangan di alam bebas.

Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah persiapan dan perencanaan yang matang, meliputi persiapan alat/perlengkapan, kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan, dan data informasi mengenai lokasi, jalur, medan, serta cuaca. Kemanapun lokasi yang dituju, apapun jenis medan yang dilalui, seberapa buruknya cuaca yang dihadapi, atau seberapa besar hambatan yang datang, bukanlah suatu masalah yang berarti jika dibekali dengan persiapan dan perencanaan yang matang.
Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan direncanakan secara matang, maka akan menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival) sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak diharapkan tersebut. Pengetahuan tentang survival sangat diperlukan bagi orang yang biasa beraktivitas di alam bebas sebagai "senjata" yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat.

Persiapan dan Perencanaan Kegiatan
Persiapan dan perencanaan kegiatan di alam bebas harus disesuaikan dengan jenis dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang akan mengurangi resiko buruk yang mungkin timbul selama kegiatan, antara lain iklim/cuaca yang ekstrim, medan yang sulit dilewati atau sumber air yang kurang. Kondisi-kondisi tersebut harus diantisipasi sedini mungkin dengan persiapan fisik, mental, ketrampilan (skill), dan data informasi. Selain itu sebelum melakukan kegiatan di alam bebas harus mempersiapkan dan merencanakan kegiatan dengan baik terutama informasi jalur, medan, cuaca, kesehatan dan kondisi fisik, biaya perjalanan, kelengkapan identitas diri serta perlengkapan dan logistik.

Perencanaan kegiatan akan mempermudah mengorganisir kegiatan yang akan dilakukan dengan mengeliminasi kemungkinan resiko buruk yang mungkin terjadi. Perencanaan tersebut harus berdasar kepada "Pedoman 5 W + 1 H" yaitu Who, What, Why, When, Where dan How.
1. Who, siapa yang mengadakan kegiatan, dengan siapa kita pergi, siapa yang jadi pemimpin (leader), dan siapa yang paling berpengalaman di lapangan.
2. What, apa jenis kegiatan apa tujuannya, apa hambatannya, apa yang akan dilakukan, dan perlengkapan apa saja yang harus dibawa.
3. Why, mengapa kita harus ikut dan mengapa kita memilih kegiatan tersebut.
4. When, kapan kegiatannya, berapa lama waktunya, siang atau malam dan pada musim apa kegiatan tersebut dilakukan.
5. Where, dimana tempat kegiatannya, dimana tempat mencari bantuan terdekat.
6. How, bagaimana mencapai lokasi kegiatan dan bagaimana menghadapi resiko buruk yang mungkin terjadi.

Dari semua persiapan yang dilakukan, ada satu hal yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri terutama daya fisik dan mentalnya. Usaha lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan adalah memberitahukan segala rencana kegiatan kita secara terperinci kepada orang lain termasuk perubahan rencana di tengah jalan dengan menuliskan pada secarik kertas yang dibungkus plastik dan ditempelkan di pohon atau menyampaikan kepada pendaki lain.
Perlengkapan dan Pengepakan (Packing)
Perlengkapan yang harus dipersiapkan tergantung kepada kebutuhan, tujuan, jenis, dan lamanya kegiatan. Perlengkapan yang terlalu banyak akan membuat tidak efektif dan efisien, sedangkan perlengkapan yang terlalu sedikit tidak bisa memenuhi kebutuhan selama kegiatan. Perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan di alam bebas terdiri dari perlengkapan pribadi, perlengkapan kelompok dan perlengkapan teknis.

1. Perlengkapan pribadi
Perlengkapan pribadi adalah barang-barang perlengkapan untuk memenuhi semua kebutuhan pribadi tanpa mengandalkan orang lain, yaitu:
- sepatu (harus kuat, lentur, aman/safety, nyaman, anti selip) dan kaos kaki (cukup tebal, kuat,nyaman dan terbuat dari wol atau sintetis)
- pakaian lapangan (nyaman, tahan lama, cepat kering, melindungi tubuh dari berbagai kondisi lingkungan dan terbuat dari polyster atau polypropilena atau memenuhi 3 W yaitu wicking, warmth, water/wind proofing)
- tas/ransel (kokoh, bahannya kuat, tahan air, dan mempunyai sabuk pinggang untuk mengurangi goyangan ransel)
- ponco/rain coat
- perlengkapan tidur (bersih, kering, hangat dan nyaman terdiri dari pakaian tidur, matras, kantong tidur/sleeping bag dan jaket/sweater)
- perlengkapan mandi (handuk, sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan shampo)
- air minum dan makanan (harus cukup kualitas dan kuantitasnya)
- alat navigasi (kompas, peta, altimeter dan GPS=Global Positioning System)
- alat tulis (ballpoint, buku dan pensil)
- perlengkapan penunjang (menunjang kegiatan yang dilakukan, seperti HT (handy talkie), HP (hand phone), pelindung pacet/gaithers, kelambu dan lainnya)
- survival kit yang terdiri dari pisau serbaguna, alat pancing, jarum jahit, benang, tali jerat, gunting, cermin, peluit, kompas, ketapel, karet, lup, peniti, korek api dalam kemasan kedap air, makanan berkalori tinggi, senter, obat-obatan, radio komunikasi dan balon

2. Perlengkapan kelompok
Perlengkapan kelompok adalah barang-barang perlengkapan yang dibawa untuk memenuhi kebutuhan semua anggota kelompok, yaitu tenda, obat-obatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), peralatan masak dan makan, golok serta tali.

3. Perlengkapan Teknis
Perlengkapan teknis adalah perlengkapan yang digunakan untuk beraktivitas di alam bebas, tergantung jenis dan tujuan kegiatan. Perlengkapan kegiatan hiking berbeda dengan kegitan caving, begitu juga dengan kegiatan yang lainnya.

4. Packing
Packing adalah pengepakan barang-barang yang sudah terdata dan pasti akan dimasukkan ke dalam ransel. Packing akan memudahkan pengambilan barang saat diperlukan, membagi titik berat pada ransel dan menjaga keseimbangan ransel sehingga tidak terlalu berat jika dibawa.
Prinsip packing adalah barang yang berat diletakkan dibagian atas ransel dan sedekat mungkin ke bagian tubuh, menempatkan barang yang penting dan sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau serta mengelompokkan barang-barang dan melindungi dengan membungkusnya dalam plastik (trash bag). Prinsip packing adalah memanfaatkan ruang yang ada di dalam ransel seefisien mungkin.
Buatlah daftar barang (checklist) dan periksa kembali pada saat barang dimasukkan ke ransel, untuk menghindari adanya barang yang tertinggal. Checklist merupakan petunjuk yang dapat membantu suatu prosedur yang teratur dan membangkitakan kepercayaan diri.

<blink>(sumber: http://www.facebook.com/groups/361272453902857/permalink/364391120257657/)</blink>

Mengangkat Ransel atau Keril yang Benar
Jika anda ingin lebih nyaman dalam mengangkat ransel anda ke punggung, karena kadang kala tehnik yang salah dapat menyebabkan tangan atau pinggang terasa sakit. Ada baiknya coba tips ini. Saya rasa inilah tehnik terbaik, caranya;
- dirikan ransel, pegang salah satu strap bahu, renggang slah satu kaki
- angkat ransel, letakkan di dengkul dan tahan handle (ada di bagian tengah atas,terletak diantara kedua strap bahu)
- masukkan satu lengan, putar ransel ke punggung
- berdiri tegak, masukkan lengan lainnya
- sesuikan semua strap dan anda siap pergi

Dengan tehnik ini, kini anda tahu mengangkat ransel dengan membungkuk dan membelakangi ransel, lalu mengangkat ransel ke atas, lalu meletakkannya ke punggung adalah tehnik yang salah

Tips Tidur Di Alam Bebas

Tidur memang kebutuhan mutlak bagi siapapun mahluk hidup yang ada di bumi ini, tak bisa di pungkiri, dan sulit di hindari jika waktu tidur tiba menjela raga. Tetapi, bagaimana jika mengantuk karena lelah datang saat di alam bebas seperti pendakian gunung? Repot? Bingung? Semoga tidak, karena tidur merupakan kebutuhan ragawi, maka di haruskan tidur untuk menyeimbangkan badan dan agar tenaga pulih kembali dari rasa lelah.

Banyak cara agar kita bisa tidur saat berada di alam bebas, yang penting dan utama adalah merasa aman dan nyaman saat terlelap. Karena di alam bebas tak bisa di bandingkan dengan tidur di rumah, dan dalam dekapan bunda!

Tidur di alam terbuka yang nikmat adalah di dalam tenda dengan menggunakan sleeping bag. Sleeping bag konvensional berbentuk seperti kepompong, di mana kita masuk ke dalamnya dan hanya bagian muka saja yang terlihat. Kesulitannya adalah ketika ingin pergi ke toilet atau ada bahaya yang mengharuskan lari sekencang - kencangnya, orang yang berada di dalam sleeping bag atau kantong tidur tidak bebas bergerak.

Pertama, cari tempat yang aman dan nyaman, semisal di Lawu, lewat jalur Cemoro Kandang , di masing - masing pos telah didirikan shelter permanen yang cukup luas dan cukup untuk membuka matras dan tidur. Begitu juga di kawasan pos V, dataran luas juga cukup bagus untuk kita tidur. Yang pasti kita harus mengenal medan dahulu, apakah bebas dari binatang liar seperti ular atau kera hutan dan bebas dari terpaan badai dan hujan jika kita mendaki saat cuaca tak pasti.

Kedua, usahakan membawa alat untuk tidur yang lengkap, seperti matras untuk alas, dan Sleeping Bag untuk badan kita hangat dan terjaga, tentu kita memiliki Sleeping bag yang bermutu baik, bukan membawa sarung punya ayah di rumah, karena akan sangat dingin jika tertimpa angin malam di alam bebas, dan akan mudah terbang, bila badai menerjang. Bayangkan jika kita hanya memakai sarung saat tidur tanpa celana atau baju? Gambaran vulgar terpampang luas seantero rimba!

Ketiga, gunakan juga tenda dome sebagai tempat bernaung kala tidur jika lokasi gunung yang kita kunjungi tak ada shelter - shelternya. Tenda untuk pendakian gunung khusus sebaiknya, bukan tenda Pramuka, karena sekali lagi, angin dan hujan bisa terjadi tanpa bisa kita prediksikan, dan pola hujan angin di gunung, akan sangat jauh berbeda di bandingkan kala di kota tempat kita tinggal sehari - hari.

Keempat, usahakan, jika kita tak memakai Sleeping Bag, telinga dan jari tangan serta kaki kita tertutup rapat dan terlindung dari hempasan angin, karena, kita akan sulit tidur jika dingin, dan awal dingin biasanya di mulai dari tempat - tempat tadi.

Kelima, matikan dahulu alat - alat pembakaran, seperti kompor dan parafinnya yang masih menyala dan juga rokok yang masih menyala, karena saat tidur, kita tak akan tahu sekitar kita. Hindari kebakaran hutan dan bahaya kebakaran.

Semua hal di atas, tentu bisa di tambah dengan pengalaman anda semua saat berada di gunung dan alam bebas, tetapi, itu tadi yang utama, dan biasakan mendaki gunung dimanapun, gunakan sepatu gunung dan Gaiter agar kaki kita terlindung dari apapun yang liar di alam bebas. Dan uasahakan jangan terpisah jauh dari tim jika pendakian kita berbanyak orang. Gunakan akal agar aman dan nyaman, juga gunakan kawan agar hati juga nyaman. Selamat berpetualang!
Cara Membuat Perapian

Membuat perapian merupakan salah satu teknik hidup di alam bebas yang sangat penting terutama dalam kondisi survival. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari membuat perapian. Memasak, menghangatkan badan serta menjauhkan kita dari binatang merupakan bagian darinya. Selain itu perapian juga memberikan suatu efek psikologi yang besar. Kita akan merasa tenang dan nyaman jika berada di dekatnya. Namun semakin besar perapian, pengawasannya juga harus lebih ketat karena kemungkinan terjadi kebakaran menjadi semakin besar juga. Selain itu kita dituntut untuk sebijaksana mungkin memilih bahan-bahan kayu yang diperlukan.
Selain membuat perapian dalam tungku (hawu) di rumahnya, beberapa penduduk Cihanjawar yang punya kebiasaan berburu dan melewatkan beberapa hari di dalam hutan, memiliki teknik membuat api dan perapian. Mungkin bagi masyarakat Cihanjawar sendiri, membuat perapian seperti ini tentulah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi mereka dan tidak ada yang menarik. Dari beberapa kali pengamatan, mereka ternyata telah melakukan prinsip-prinsip dasar dalam membuat suatu perapian yang baik.
Namun, terlebih dulu kita harus kembali mengingat tiga unsur penting dalam membuat suatu perapian, yaitu panas, bahan bakar dan udara. Setelah ketiga hal ini terpenuhi maka unsur penyusunan bahan bakar perapian menjadi hal yang sangat penting.
Selalu persiapkan terlebih dahulu bahan bakar yang cukup. Pisahkanlah bahan ini berdasarkan ukurannya. Pisahkan ranting-ranting kecil dengan ranting yang agak besar dan batang kayu yang besar. Jika kayunya agak lembab ataupun basah, sisiklah terlebih dahulu bagian yang basah atau bisa juga dengan membuat cacahan-cacahan pada batangnya sehingga menyerupai bunga-bunga kayu.
Urutan kerjanya adalah sebagai berikut;
a. Siapkan bahan bakar yang cukup, ambilah sebatang kayu yang berukuran sedang sebagai tumpuan bawah (Gambar 1a).
b. Lalu dapat dipalangkan dua buah kayu yang juga berukuran sedang (Gambar 1b). Jangan sampai jarak antara tanah dengan kayu kedua terlalu tinggi sehingga menyulitkan panas api (pembakaran) sampai ke atas. Hal ini akan mengakibatkan kayu yang diatas sulit terbakar dan menjadi bara sedangkan kayu yang telah menjadi bara dibawah akan cepat habis jika tidak diberi “umpan” lagi.
c. Susun lagi ranting-ranting kecil dengan memalangkannya di atas kedua kayu yang dibuat diatas (Gambar 1c). Pastikan ranting-ranting ini tidak mudah terjatuh/menggelincir ke bawah. Oleh karena itu usahakan kedua palang kayu tersebut tidak terlalu miring.
d. Susunlah ranting-ranting yang paling kecil sehingga api yang muncul dapat dengan mudah membakar ranting tersebut. Jangan menumpuk ranting secara berlebihan (Gambar 1d).
e. Nyalakan api dengan bantuan korek, atau pemantik (dalam bahasan ini memang kita tidak akan membicarakan bagaimana membuat api dengan metoda-metoda yang ada tapi lebih mengarah pada pembuatan perapian) di bagian paling dasar. Gunakan bantuan daun-daun kering atau plastik sampah.
f. Jika api sudah menjilat ranting-ranting yang paling kecil, tetap lakukan perautan kayu menjadi bagian-bagian yang kecil dan digunakan sebagai umpan. Usahakan agar lidah api membakar ranting atau daun kering untuk memperbesar nyala api.
g. Apabila ranting terlalu ke sisi (sehingga tidak terbakar), pindahkanlah ke bagian yang “terjilat”oleh lidah api.
h. Terus tumpuk ranting-ranting kayu sambil tetap memberi lubang sebagai sirkulasi udara
i. Perhatikan jarak antara sumber api dengan ranting/kayu yang dibakarnya. Jangan terlalu jauh dan juga jangan sangat berdekatan.

Urutan kerja pembuatan suatu perapian di Cihanjawar Gunung, susunan kayu bakar untuk perapian sistem blok
Setelah nyala api cukup stabil dan terdapat bara yang cukup banyak, letakan kayu-kayu yang lebih besar sebagai umpan. Susunlah kayu tersebut secara beraturan. Usahakan tetap memberi umpan-umpan kecil di lubang-lubang yang terbuka sehingga bara terus dihasilkan.
Kelebihan cara ini adalah mudah untuk membuatnya. Persiapkan bahan secukupnya. Dalam kondisi survival, perapian seperti ini akan membantu karena digunakan untuk keperluan tertentu saja dan tidak lama. Untuk memadamkannya juga tidak terlalu sulit.
Kekurangan sistem ini adalah rentan terhadap hujan sehingga kita harus memberikan perlindungan khusus. Jika nyala api belum stabil kondisinya akan lebih buruk lagi. Perapian tidak akan selesai karena umpan kayu dan rantingnya menjadi basah.
Namun dalam kondisi-kondisi survival, cara ini kemungkinan berhasilnya lebih besar dan lebih mudah dibuat dibandingkan dengan cara yang akan diterangkan dibawah ini.
Sistem ini dibuat dengan cara menumpuk bahan kayu bakar dengan rapat (Gambar 2).
Perapian Sistem “Blok”
Persiapkanlah terlebih dulu ranting-ranting dengan berbagai ukuran. Pisahkan jenis-jenis ranting ini berdasarkan ukuran tersebut. Sedapat mungkin carilah kayu-kayu yang telah rubuh atau telah mati. Jangan memakai bahan kayu yang tumbuh di daerah perairan (seperti tepian sungai, tepi danau); meskipun telah mati dan kering, kayu dari daerah ini tidak akan terbakar kecuali menjadi arang.
Cara menumpuk/menyusun kayu bakar:
1. Jajarkan di atas tanah; kayu yang sama ukuran sebesar lengan tangan pada lapis pertama dan ke-2 serapat mungkin.
2. Jajarkan kayu berdiameter lebih kecil serapat mungkin pada 3-5 lapisan berikutnnya. Setiap lapisan dengan posisi (secara horisontal) bersilangan antar lapisan (Gambar 2).
3. Buat sedikit ruang kosong dan “pintu” di bagian tengah/bawah: untuk menaruh bahan awal api/umpan (yg terdiri dari ranting, potongan kayu kecil dan kering) secukupnya. Susunlah diatasnya lapisan jajaran kayu berikutnya; Mulailah dengan jajaran kayu berdiameter kecil (sebesar jari tangan) beberapa lapis.
4. Diatasnya, buatlah jajaran kayu yang lebih besar: lapisan kayu sebesar lengan 2-3 lapis, kemudian dilanjutkan lapisan jajaran kayu yg lebih besar: sebesar kaki s/d sebesar paha pada bagian paling atas.
5. Ingat antar lapisan tumpukan saling bersilangan!
Menyalakan dan memelihara api awal
1. Buka pada “pintu” di bagian tengah atau bawah tumpukan (bagian lapisan kayu kecil)
2. Letakkan ditengahnya bahan api awal (lilin, ranting dan daun kering) dan nyalakan.
3. Tutup kembali “pintu” dengan kayu.
4. Biarkan dan tunggu beberapa saat (1/2-1 jam), api akan membakar lapisan diatasnya.
Pada awalnya api tak akan terlihat, melainkan mengepulkan asap/uap akibat pemanasan terhadap kayu basah diatasnya. Semakin tipis asap mengepul pertanda api awal akan padam.
5. Jika api awal padam, buka pintu dan isi kembali dengan bahan awal yang cukup kering dan nyalakan kembali.
Semakin tebal asap semakin baik dan menjadi jaminan api unggun akan menyala.
6. Jika api telah membakar 2-3 lapisan kayu diameter besar diatasnya, kita mulai bisa membuka lapisan teratas untuk merasakan apinya.
Kelebihan:
- Kayu basah dan diameter batang pohon cukup tebal (besar) dapat habis terbakar
- Daya tahan (durasi)/lama waktu bakar cukup lama
- Saat pembakaran kayu awal: tak perlu dilindungi, dalam kondisi hujanpun bisa ditinggalkan (tanpa pengawasan/penjagaan terus menerus).
Kekurangan:
- Waktu yang dibutuhkan dari api awal s/d api unggun menyala: cukup lama (1-2 jam)
- Memakan waktu dan energi cukup besar untuk menebang pohon/ bahan kayu bakar

Mengiris kayu menjadi serpihan kecil (bunga-bunga kayu) untuk bahan awal membuat api.
Membuat api model blok dalam kondisi survival sebenarnya tidak begitu efektif. Selain membuang banyak tenaga, kondisi survival hanya sementara dan diusahakan berpindah ke kondisi yg lebih baik, terkecuali kita melakukan survival diam di tempat (statis) dengan syarat lainnya terpenuhi, contoh air, bahan makanan, perlindungan.
Model ini lebih cocok digunakan dalam perkemahan statis yang relatif lama di satu tempat. Contoh: di Kemah penelitian atau saat latihan seperti pendidikan dasar.
Saat latihan (misalnya pendidikan dasar) perapian seperti ini digunakan untuk pengamanan bagi peserta juga (sebagai penghangat, pengolahan masakan yang cukup besar, antisipasi jika terjadi kedinginan/kehujanan, hipotermi dan lain-lain).
Etika Membuat Perapian
Terkadang membuat perapian menjadi suatu perdebatan di kalangan penggiat alam terbuka dan pemerhati lingkungan.
Beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian dalam membuat perapian adalah:
1. Buatlah perapian yang secukupnya, tidak terlalu besar dan membutuhkan bahan bakar kayu yang banyak, sesuaikan dengan maksud kita membuat perapian.
2. Jangan menebang kayu sembarangan! Walaupun terkadang hal ini sangat kontradiktif dengan pembuatan perapian, bukan berarti membuat suatu perapian dilarang sama sekali. Yang diperlukan adalah kebijaksanaan kita saat membuat dan menggunakannya. Pilihlah kayu yang telah tumbang ataupun mati yang cukup kering/tidak mengandung banyak air. Cukup banyak ranting-ranting yang telah mati di dalam hutan dan dapat digunakan daripada melakukan penebangan. Daun-daun kering juga dapat dipergunakan sebagai “pemancing” dalam membuat perapian.
3. Pastikan perapian yang akan dipadamkan benar-benar telah mati/padam. Setelah itu dikubur dalam tanah. Perhatikan bagian dasar dari perapian terbuat dari gambut, tanah, atau akar-akar kayu yang menumpuk. Sebaiknya membuat api di atas tanah karena akar ataupun gambut dapat terbakar secara menjalar di lapisan bawah tanpa terlihat oleh kita.
“Membakar hutan lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan menanam pohon”.
Panoramix dukun Galia, saat ditanya “apakah dia memiliki obat untuk mempercepat tumbuhnya pohon?”. Sohib Asterix ini menjawab; “Tumbuh pohon memerlukan waktu, setelah berkali-kali matahari terbit dan tenggelam, tahun ke tahun untuk menjadi besar”.
Setidaknya kita dapat belajar dari masyarakat Cihanjawar Gunung yang masih tetap memelihara hutannya walaupun masih mempergunakan kayu bakar saat memasak.
SUMBER
Explore posts in the same categories: Camping, Dan Lain - Lain




2 komentar:

  1. Bahaya Minuman Soft Drink


    Ada beberapa alasan kenapa Soft drink itu dapat merusak kesehatan kita. Ada beberapa point yang didapatkan dari beberapa sumber, seperti yang disebutkan di bawah ini:
    1. Untuk membersihkan toilet :
    Tuangkan sekaleng Coca-Cola ke dalam toilet.Tunggu sejam, kemudian siram sampai bersih.Asam sitric dalam Coca-Cola menghilangkan noda-noda dari keramik .

    2. Untuk membersihkan radiator mobil :
    Campur sekaleng Coca-Cola ke dalam karburator.Panaskan mesin 15-30 menit.Dinginkan mesin, setelah itu buang air karburator.Anda akan melihat karat yang rontok bersama air tersebut.

    3. Untuk menghilangkan titik-titik karat dari bumper /chrome mobil:
    Gosok bumper dengan gumpalan alumunium foil yang direndam dalam Coca-Cola.

    4. Untuk membersihkan korosi dari terminal aki mobil :
    Tuangkan sekaleng Coca-Cola di atas terminal aki untuk membersihkan korosi.

    5. Untuk melonggarkan baut yang berkarat :
    Gosokkan kain yang direndam dalam Coca-Cola pada baut yang berkarat.

    6. Untuk menghilangkan noda-noda lemak pada pakaian :
    Tuangkan sekaleng Coca-Cola ke dalam tumpukan cucian yang bernoda lemak, tambahkan detergent, dan putar dengan putaran normal.Coca-cola/Pepsi akan menolong menghilangkan noda lemak.

    Untuk Perhatian Kita

    PH rata-rata dari soft drink,

    a.l. Coca-Cola & Pepsi adalah 3.4..

    Tingkat keasaman ini cukup kuat untuk melarutkan gigi dan tulang!
    Tubuh kita berhenti menumbuhkan tulang pada usia sekitar 30th.

    Setelah itu tulang akan larut setiap tahun melalui urine tergantung dari tingkat keasaman makanan yang masuk.

    Semua Calcium yg larut berkumpul di dalam arteri,urat nadi, kulit, urat daging dan organ, yang mempengaruhi fungsi ginjal dalam membantu pembentukan batu ginjal.

    Soft drinks tidak punya nilai gizi (dalam hal vitamin dan mineral).
    Mereka punya kandungan gula lebih tinggi, lebih asam, dan banyak zat aditif seperti pengawet dan pewarna.
    Sementara orang suka meminum soft drink dingin setelah makan, coba tebak apa akibatnya? Akibatnya?

    Tubuh kita mempunyai suhu optimum 37 supaya enzim pencernaan berfungsi.

    Suhu dari soft drink dingin jauh di bawah 37,terkadang mendekati 0.

    Hal ini mengurangi keefektivan dari enzim dan memberi tekanan pada sistem pencernaan kita,mencerna lebih sedikit makanan.

    Bahkan makanan tersebut difermentasi.

    Makanan yang difermentasi menghasilkan bau, gas, sisa busuk dan racun,yang diserap oleh usus, diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.

    Penyebaran racun ini mengakibatkan pembentukan macam-macam penyakit.
    Beberapa Contoh..
    Beberapa bulan lalu, ada sebuah kompetisi di Universitas Delhi :

    Siapa dapat minum Coca-Cola paling banyak??

    Pemenangnya meminum 8 botol dan mati seketika karena kelebihan Karbondioksida dalam darah dan kekurangan oksigen..

    Setelah itu, Rektor melarang semua soft drink di semua kantin universitas.

    Seseorang menaruh gigi patah di dalam botol pepsi, dan dalam 10 hari gigi tersebut melarut!

    Gigi dan tulang adalah satu-satunya organ manusia tetap utuh selama tahunan setelah manusia mati

    Bayangkan apa yang dilakukan minuman tersebut pada usus dan lapisan perut kita yang halus! Ngeriiiiii! Masih mau mengkosumsinya? Your Choice!

    Source: arifinriset blogspot
    Source: http://arrahmah.com/index.php/​blog/read/9780/​bahaya-minuman-soft-drink#ixzz1​4N7QfQTK

    BalasHapus
  2. http://internasional.kompas.com/read/2012/03/31/07240715/Jilbab.Seragam.Pramuka.Inggris

    BalasHapus